PENGURUS YAYASAN

KETUA : ANDRIADY INDRA
BENDAHARA : HERU SALEH

DIR EDUCATION & TRAINING : PRIYALINOV
Pjs DIR SOCIAL & DA'WAH : PRIYALINOV


BANK : BSM a/n YAYASAN ALDIIN SPIRIT ALAMIYAH
NOREK : 129.000240.0

29 April, 2009

PEMANFAATAN TI BAGI PARA GURU


Assalamu'alaikum WW

Sebagai salah satu kepedulian kami terhadap dunia pendidikan nasional, sehingga pada periode selanjutnya, tanggal 30-31 Mei 2009, kami akan mengadakan teacher workshop untuk "Meningkatkan Profesionalisme Guru dalam pemanfaatan Teknologi Informasi & Story Telling untuk memudahkan KBM".


Adapun tujuan diselenggarakannya workshop ini adalah memberikan pemahaman kepada para guru mulai dari tingkatan SLTP - SLTA dan praktek langsung memanfaatkan buku murah yang langsung disampaikan oleh Direktorat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Pusat.



Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para guru setingkat SLTP - SLTA, antara lain :

1. Sertifikat kegiatan untuk Portfolio sertifikasi Guru
2. Meningkatkan teknik mengajar dengan pemanfaatan Teknologi Informasi

3. Guru mampu menyampaikan pengajaran melalui Story Telling
4. Guru mampu mengakses buku murah melalui internet



Kami mengajak para guru untuk segera mendaftarkan diri, mengingat waktu pengeyelenggaraan sudah semakin dekat, yaitu tanggal 30-31 Mei 2009.

Untuk pendaftaran dapat menghubungi atau dilakukan melalui :
DIREKTORAT PENDIDIKAN & PELATIHAN ASA FOUNDATION

Jl. REMAJA RAYA 5/8 No. 49 KEMAYORAN
JAKARTA PUSAT
u/p PRIYALINOV
Tlp/fax : 021-424-0303
HP: 021-99048944 / 98944034 / 0818 141177
Email: yayasan.aldiinspiritalamiyah@gmail.com
Website: http://www.yayasan-asa.blogspot.com/

14 April, 2009

MUHASABAH

Assalamu'alaikum WW

Bagi seorang muslim, muhasabah adalah usaha untuk menilai, menghitung, mengkalkulasi amal shaleh yang dia lakukan dan kesalahan-kesalahan atau maksiat yang dia kerjakan. Jadi muhasabah adalah sebuah upaya untuk selalu menghadirkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya tengah dihisab, dicatat oleh Raqib dan Atib sehingga ia pun berusaha aktif menghisab dirinya terlebih dulu agar dapat bergegas memperbaiki diri.

”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satupun.”

Muhasabah sendiri bukanlah sesuatu yang cukup dilakukan hanya sekali setahun, saat pergantian tahun, atau saat ulang tahun, melainkan sebuah hal yang dianjurkan dilakukan setiap hari, saat malam menjelang tidur, atau pagi menjelang shubuh.

Itulah sebabnya mengapa Islam menganjurkan kita melakukan i’tikaf 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Dan sekali-sekali kita melakukan khalwat karena kebiasaan ini sangat produktif. Salah satunya adalah untuk mengembangkan kepribadian kita, memperindah akhlak kita, agar setiap hari dapat lebih baik, to be better, better and better, mencapai matinul khuluq.

Suatu saat Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya: “Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk di majlis terdekat denganku di hari kiamat?” Rasulullah saw kemudian mengulang lagi pertanyaan itu. Dan pada ulangan yang ketiga, para sahabat seperti terhenyak dan bertanya. Mereka mengatakan: ”Iya, ya Rasulullah!” Maka kemudian Rasulullah saw bersabda: ”Orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” (HR. Ahmad).

Begitulah Rasulullah saw memulai dari akhir, menjelaskan kedudukan orang berakhlak mulia di akhirat. Sebab bagian dari ajaran Islam yang ia bawa, setelah akidah dan syariat adalah akhlak. Maka beliau bersabda: ”Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keluhuran akhlak.” (HR. Malik).

Dengan bermuhasabah, kita dapat mengevaluasi diri pribadi kita, mengintrospeksi akhlaq kita, untuk kemudian memperbaiki karakter kita, mengembangkan kepribadian kita, memperindah akhlaq kita, agar semakin baik, semakin indah, semakin luhur, mencapai matinul khuluq.

Islam membagi akhlak menjadi dua jenis:

Pertama, Akhlak Fitriyah, yaitu sifat-sifat bawaan yang melekat dalam fitrah seseorang yang dengannya ia diciptakan, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat jiwa. Allah swt berfirman: “..(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu..” (QS Ar Ruum 30:30)

Kedua, Akhlak Muktasabah, yaitu sifat-sifat yang semula tidak ada dalam bawaan lalu diperoleh melalui lingkungan alam dan sosial, pendidikan dan latihan serta pengalaman. Dan Islam menganggap bahwa wilayah Akhlak Muktasabah sebenarnya jauh lebih luas dari akhlak Fitriyah. Rasulullah saw bersabda: “Ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun” (HR. Bukhari).

Jadi, dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk lalu tertutup. Tapi ia terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan dan penyempurnaan, karena sumber-sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap. Sehingga orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut melalui mekanisme latihan.

Seperti Umar Bin Khattab yang semula kasar bisa belajar jadi lembut setelah Islam. Sementara Abu Bakar yang tadinya lembut bahkan cenderung dianggap lemah juga bisa jadi tegas, keras dan kuat setelah Islam.

Demikianlah Islam memberi peluang kepada setiap orang untuk belajar membentuk karakternya sendiri, karakter muslim, kepribadian Islami. Demikianlah Islam memberi peluang kepada setiap orang untuk belajar membentuk karakternya sendiri, karakter muslim, kepribadian Islami. Namun perubahan ini hanya bisa efektif jika kesiapan dasar bertemu padu dengan kemauan yang kuat untuk berubah dan berkembang dan ia - untuk itu - menempuh latihan-latihan sistematis dan terencana. Sehingga akan lahirlah dari agama ini manusia-manusia yang berakhlaq luhur yang meramaikan sejarah kehidupan.

Wallahu’alam bish shawab

Wassalam
dikutip & diolah dari http://www.hudzaifah.org

UKHUWWAH

Assalamu'alaikum WW

"Tidaklah dua orang muslim berjumpa, lalu keduanya berjabat tangan, kecuali keduanya diampuni sebelum keduanya berpisah.” (HR Abu Daud) "

“Aku pernah masuk Masjid Damaskus. Tiba-tiba aku jumpai seorang pemuda yang murah senyum yang dikerumuni banyak orang. Jika Mereka berselisih tentang sesuatu maka mereka mengembalikan kepada pemuda tersebut dan meminta pendapatnya. Aku bertanya tentang dia, lalu dikatakan oleh mereka “’Ini Muadz bin Jabal”.’ Keesokan harinya , pagi-pagi sekali aku datang ke masjid itu lagi dan kudapati dia telah berada di sana tengah melakukan shalat. Kutunggu sampai dia selesai melakukan shalat kemudian aku temui dan kuucapkan salam kepadanya. Aku berkata,’Demi Allah aku mencintaimu. Lalu ia bertanya.’Apakah Allah tidak lebih kau cintai?’ Aku jawab,’Ya Allah aku cintai’. Lalu ia memegang ujung selendangku dan menariknya seraya berkata,’Bergembiralah karena sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw, berabda,”Allah berfirman, cinta-Ku pasti akan mereka peroleh bagi orang yang saling memadu cinta karena Aku, saling mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.” (Diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Al Muwatha’ dari abi Idris Al Khaulany rahimahullah)

Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas ketaatan seseorang terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus merupakan salah satu kekuatan perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan. Fenomena kebersamaan ini dalam banyak hal dapat memberikan inspirasi solidaritas sehingga tidak ada lagi jurang yang dapat memisahkan silaturahim di antara sesamanya.

Meskipun demikian, dalam perjalanan sejarahnya, bangunan kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-godaan kepentingan yang dapat merusak keutuhan komunikasi dan bahkan mengundang sikap dan prilaku yang saling berseberangan.
Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana dapat terlihat dari ada atau tidak adanya sikap saling memahami untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi. Ukhuwah Islamiyah sendiri menunjukkan jalan yang dapat ditempuh untuk membangun komunikasi di satu sisi, dan di sisi lain, ia juga memberikan semangat baru untuk sekaligus melaksanakan ajaran sesuai dengan petunjuk Al-Qur'an serta teladan dari para Nabi dan Rasul-Nya.

Sekurang-sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan persaudaraan yang Islami.

Pertama, persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud tertentu yang dipersonifikasikan ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah satu dari anggota badan itu sakit, maka anggota lainnya pun turut merasakan sakit.
Kedua, persaudaraan Islam itu juga mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat, yang antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memberikan fungsi untuk memperkuat dan memperkokoh.

Ilustrasi tersebut menunjukkan pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian dalam upaya merakit bangunan ukhuwah menurut pandangan Islam. Sebab Islam menempatkan setiap individu dalam posisi yang sama. Masing-masing memiliki kelebihan, lengkap dengan segala kekurangannya. Sehingga untuk menciptakan wujud yang utuh, diperlukan kebersamaan untuk dapat saling melengkapi. Sedangkan ilustrasi berikutnya menunjukkan adanya faktor usaha saling tolong menolong, saling menjaga, saling membela dan saling melindungi.

Pernyataan al-Qur'an: Innama al-mu'minuuna ikhwatun (sesungguhnya orang-orang mu'min itu bersaudara) memberikan kesan bahwa orang mu'min itu memang mestinya bersaudara. Sehingga jika sewaktu-waktu ditemukan kenyataan yang tidak bersaudara, atau adanya usaha-usaha untuk merusak persaudaraan, atau bahkan mungkin adanya suasana yang membuat orang enggan bersaudara, maka ia berarti bukan lagi seorang mu'min, sebab penggunaan kata "innama" dalam bahasa Arab menunjukkan pada pengertian "hanya saja."

Tragedi kemanusiaan yang terjadi di Palestina seharusnya akan menjadi sebuah ajang bangkitnya ukhuwah umat Islam di seluruh dunia. Bersatu padu membantu saudara-saudara muslim Palestina dalam menghadapi agresi militer Israel.

Saat Palestina sedang memulai rekonstruksi dan memulihkan kondisi seperti saat ini, semangat ukhuwah kita termanifestasikan dalam terus memberikan doa dan dana untuk tetap tegaknya negeri para Anbiya itu. Memberikan dana untuk tersedianya makanan, obat-obatan dan berdirinya bangunan untuk kesehatan dan pendidikan.

Semoga Allah SWT selalu menambah dan meluaskan ilmu kita serta menjadikan kita orang yang bertafaqquh fid-din, Amin Ya Rabbal 'alamin

Wassalam