PENGURUS YAYASAN

KETUA : ANDRIADY INDRA
BENDAHARA : HERU SALEH

DIR EDUCATION & TRAINING : PRIYALINOV
Pjs DIR SOCIAL & DA'WAH : PRIYALINOV


BANK : BSM a/n YAYASAN ALDIIN SPIRIT ALAMIYAH
NOREK : 129.000240.0

14 April, 2009

MUHASABAH

Assalamu'alaikum WW

Bagi seorang muslim, muhasabah adalah usaha untuk menilai, menghitung, mengkalkulasi amal shaleh yang dia lakukan dan kesalahan-kesalahan atau maksiat yang dia kerjakan. Jadi muhasabah adalah sebuah upaya untuk selalu menghadirkan kesadaran bahwa segala sesuatu yang dikerjakannya tengah dihisab, dicatat oleh Raqib dan Atib sehingga ia pun berusaha aktif menghisab dirinya terlebih dulu agar dapat bergegas memperbaiki diri.

”Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang dan bersiap-siaplah untuk pertunjukan yang agung (hari kiamat). Di hari itu kamu dihadapkan kepada pemeriksaan, tiada yang tersembunyi dari amal kalian barang satupun.”

Muhasabah sendiri bukanlah sesuatu yang cukup dilakukan hanya sekali setahun, saat pergantian tahun, atau saat ulang tahun, melainkan sebuah hal yang dianjurkan dilakukan setiap hari, saat malam menjelang tidur, atau pagi menjelang shubuh.

Itulah sebabnya mengapa Islam menganjurkan kita melakukan i’tikaf 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan. Dan sekali-sekali kita melakukan khalwat karena kebiasaan ini sangat produktif. Salah satunya adalah untuk mengembangkan kepribadian kita, memperindah akhlak kita, agar setiap hari dapat lebih baik, to be better, better and better, mencapai matinul khuluq.

Suatu saat Rasulullah saw bertanya kepada para sahabatnya: “Inginkah kalian kuberitahu tentang siapa dari kalian yang paling kucintai dan akan duduk di majlis terdekat denganku di hari kiamat?” Rasulullah saw kemudian mengulang lagi pertanyaan itu. Dan pada ulangan yang ketiga, para sahabat seperti terhenyak dan bertanya. Mereka mengatakan: ”Iya, ya Rasulullah!” Maka kemudian Rasulullah saw bersabda: ”Orang yang paling baik akhlaknya di antara kalian.” (HR. Ahmad).

Begitulah Rasulullah saw memulai dari akhir, menjelaskan kedudukan orang berakhlak mulia di akhirat. Sebab bagian dari ajaran Islam yang ia bawa, setelah akidah dan syariat adalah akhlak. Maka beliau bersabda: ”Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keluhuran akhlak.” (HR. Malik).

Dengan bermuhasabah, kita dapat mengevaluasi diri pribadi kita, mengintrospeksi akhlaq kita, untuk kemudian memperbaiki karakter kita, mengembangkan kepribadian kita, memperindah akhlaq kita, agar semakin baik, semakin indah, semakin luhur, mencapai matinul khuluq.

Islam membagi akhlak menjadi dua jenis:

Pertama, Akhlak Fitriyah, yaitu sifat-sifat bawaan yang melekat dalam fitrah seseorang yang dengannya ia diciptakan, baik sifat-sifat fisik maupun sifat-sifat jiwa. Allah swt berfirman: “..(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu..” (QS Ar Ruum 30:30)

Kedua, Akhlak Muktasabah, yaitu sifat-sifat yang semula tidak ada dalam bawaan lalu diperoleh melalui lingkungan alam dan sosial, pendidikan dan latihan serta pengalaman. Dan Islam menganggap bahwa wilayah Akhlak Muktasabah sebenarnya jauh lebih luas dari akhlak Fitriyah. Rasulullah saw bersabda: “Ilmu diperoleh dengan belajar, dan sifat santun diperoleh dengan latihan menjadi santun” (HR. Bukhari).

Jadi, dalam konsep Islam, karakter tidak sekali terbentuk lalu tertutup. Tapi ia terbuka bagi semua bentuk perbaikan, pengembangan dan penyempurnaan, karena sumber-sumber karakter perolehan ada dan bersifat tetap. Sehingga orang yang membawa sifat kasar bisa memperoleh sifat lembut melalui mekanisme latihan.

Seperti Umar Bin Khattab yang semula kasar bisa belajar jadi lembut setelah Islam. Sementara Abu Bakar yang tadinya lembut bahkan cenderung dianggap lemah juga bisa jadi tegas, keras dan kuat setelah Islam.

Demikianlah Islam memberi peluang kepada setiap orang untuk belajar membentuk karakternya sendiri, karakter muslim, kepribadian Islami. Demikianlah Islam memberi peluang kepada setiap orang untuk belajar membentuk karakternya sendiri, karakter muslim, kepribadian Islami. Namun perubahan ini hanya bisa efektif jika kesiapan dasar bertemu padu dengan kemauan yang kuat untuk berubah dan berkembang dan ia - untuk itu - menempuh latihan-latihan sistematis dan terencana. Sehingga akan lahirlah dari agama ini manusia-manusia yang berakhlaq luhur yang meramaikan sejarah kehidupan.

Wallahu’alam bish shawab

Wassalam
dikutip & diolah dari http://www.hudzaifah.org