PENGURUS YAYASAN

KETUA : ANDRIADY INDRA
BENDAHARA : HERU SALEH

DIR EDUCATION & TRAINING : PRIYALINOV
Pjs DIR SOCIAL & DA'WAH : PRIYALINOV


BANK : BSM a/n YAYASAN ALDIIN SPIRIT ALAMIYAH
NOREK : 129.000240.0

20 Januari, 2010

Ingatkan Diri Kita Peduli Sesama


BANYAK yang menangis karena lapar,banyak yang merintih karena kesusahannya.Tapi, banyak juga dari kita yang menangis lantaran tawa yang tak tertahankan dan merintih lantaran kekenyangan.
Berikut kisah keteladanan Rasulullah :
Di satu Hari Raya, Rasulullah Muhammad shalla ‘alaih terlambat datang memimpin salat sunah Idul Fitri. Sahabat bertanya-tanya gerangan apa yang menunda kedatangan Rasul. Rupanya di perjalanan, Rasul melihat ada seorang anak yang sedang menangis, tak berpakaian, dan kelaparan, ternyata anak itu sudah tidak memiliki orangtua lagi. Lalu Rasulullah membelai anak yatim tersebut, menyapanya lembut dengan ulurantangannya, dan memenuhi kebutuhannya. Inilah yang membuat Rasulullah terlambat.
Kisah Rasul memang sarat kisah-kisah kepedulian, kisah-kisah kasih sayang terhadap sesama. Begitu juga dengan para sahabat Rasul yaitu Umar bin Khattab, khalifah kedua yang perkasa, beliau rela memanggul sendiri gandum untuk diberikan kepada salah satu keluarga miskin. Keluarga ini ia dapati sedang menanak tungku kosong, hanya untuk menghibur hati anaknya yang menangis lantaran lapar. Lalu,bertanyalah kepada diri kita,
• Sudah berapa lamakah kita tidak membelai kepala anak-anak yatim dan kita gembirakan hatinya? Atau jangan-jangan tidak pernah.
• Sudah berapa lamakah kita tidak mengetuk pintu tetangga yang kita tahu ia sedang kesusahan? Atau jangan-jangan malah tidak pernah kita bukakan pintu ketika ia mengetuknya.
•Sudah berapa lamakah kita tidak tengok saudara kita yang kondisi sosial ekonominya membutuhkan uluran tangan kita?
• Adakah kita menikmati durian sendirian dan menyisakan hanya wanginya untuk tetangga?
• Adakah kita berpesta, sementara tetangga yang miskin kita lewatkan tak kita undang?
• Adakah rumah kita menantang langit,sementara rumah orangtua kita,dari dulu sejak kita kecil hingga kita kaya,begitu-begitu saja?
• Ketika kita gajian, pernahkah berpikir, siapa yang bakal kita santuni? Atau jangan-jangan lebih banyak berpikir,bersenang-senang ke mana nih?
• Ketika makan dengan enaknya, pernah nggak sedikit berpikir,hmmm… pasti ada yang tidak bisa enak makan; baik karena tidak ada makanannya ataupun kondisinya sedang sakit.Lalu,setelah kita dapati satu dua nama yang sedang kesusahan tersebut, kita tengok ia dan kita santuni.
• Ketika kaki ini begitu bebas diayunkan ke mana langkah akan dijejakkan, pernah nggak berpikir ada saudara-saudara kita yang sedang ditahan yang juga butuh uluran semangat dan bantuan dari kita?
• dan seterusnya,dan seterusnya. Tanyakan,tanyakan kepada diri kita,apa yang sudah kita lakukan ketika Allah memberikan kepada kita kenikmatan, yang dengannya kita diminta untuk berbagi? Kalau pertanyaan ini kita jawab dengan jawaban bahwa kita tidak pernah menunjukkan kepedulian, perhatian, dan kasih sayang kepada sesama,saatnyalah kita peduli,saatnyalah kita untuk berbagi.
Sebelum semua yang di genggaman kita diambil Allah kembali. Sejalan dengan hal ini, Luqman mengingat kalimat yang diucapkan Kiai Ahmad Kosasih di salah satu taklim di Sekolah Daarul Qur’an Internasional. Katanya,“…
Kalau kita tidak mau berbagi,kalau kita tidak mau peduli terhadap rintihan dan penderitaan orang lain, tunggulah… Tunggu hingga saatnya kesusahan dipergilirkan di kehidupan kita.Saat itu kita sendiri yang akan menangis dan merintih memanggil nama Allah agar Dia mau peduli terhadap kita.”
“Barang siapa yang ingin diangkat segala kesusahannya, hendaknya ia meringankan kesusahan sesama.” (Al Hadis). *** Lama sekali kepedulian menghilang dari ingatan hamba,begitu juga dengan sifat kasih sayang kepada sesama.
Itu karena hamba telah menjadi manusia-manusia serakah yang lebih mementingkan urusan perut diri sendiri. Lalu, masih layakkah hamba menjadi ‘abid- Mu, sedangkan Engkau Maha Pengasih? Masih layakkah hamba menjadi ‘abid-Mu, sedangkan Engkau Maha Peduli? Bila Engkau berkenan untuk menjadikan hamba bagian dari hamba-hamba-Mu yang saleh, jadikan hamba orang-orang yang memiliki kepedulian dan kasih sayang kepada sesama. (*)(sumber : Koran Sindo)

11 Januari, 2010

Dokumentasi Pelatihan "Be An Inspiring Teacher"

"Jika kita berani MENGAJAR, maka kita tidak boleh berhenti BELAJAR, sehingga kita tidak kehilangan inspirasi saat mengajar, agar mengajar menjadi berdampak dan berkesan

(Unisma 10 Jan 10 / Yayasan Al-diin Spirit Alamiyah )






Kisah nyata " Odol dari surga"

Cerita menggelikan ini kudengar ketika duduk dibangku SMA dulu. Cerita yang akhirnya tertulis begitu dalam di relung-relung hati. Cerita yang meskipun naif, namun bermakna sangat dalam.Kisah nyata dari seseorang yang dalam episode hidupnya sempat ia lewati dalam penjara. Bermula dari hal yang sepele. Lelaki itu kehabisan odol dipenjara. Malam itu adalah malam terakhir bagi odol diatas sikat giginya. Tidak ada sedikitpun odol yang tersisa untuk esok hari. Dan ini jelas-jelas sangat menyebalkan. Istri yang telat berkunjung, anak-anak yang melupakannya dan diabaikan oleh para sahabat, muncul menjadi kambing hitam yang sangat menjengkelkan. Sekonyong-konyong lelaki itu merasa sendirian, bahkan lebih dari itu : tidak berharga ! Tertutup bayangan hitam yang kian membesar dan menelan dirinya itu, tiba-tiba saja pikiran nakal dan iseng muncul. Bagaimana jika ia meminta odol pada TUHAN ?Berdoa untuk sebuah kesembuhan sudah berkali-kali kita dengar mendapatkan jawaban dari-NYA . Meminta dibukakan jalan keluar dari setumpuk permasalahanpun bukan suatu yang asing bagi kita. Begitu pula dengan doa-doa kepada orang tua yang telah berpulang, terdengar sangat gagah untuk diucapkan. Tetapi meminta odol kepada Sang Pencipta jutaan bintang gemintang dan ribuan galaksi, tentunya harus dipikirkan berulang-ulang kali sebelum diutarakan. Sesuatu yang sepele dan mungkin tidak pada tempatnya. Tetapi apa daya, tidak punya odol untuk esok hari –entah sampai berapa hari- menjengkelkan hatinya amat sangat. Amat tidak penting bagi orang lain, tetapi sangat penting bagi dirinya.Maka dengan tekad bulat dan hati yang dikuat-kuatkan dari rasa malu, lelaki itu memutuskan untuk mengucapkan doa yang ia sendiri anggap gila itu. Ia berdiri ragu-ragu dipojok ruangan sel penjara, dalam temaram cahaya, sehingga tidak akan ada orang yang mengamati apa yang ia lakukan. Kemudian dengan cepat, bibirnya berbisik : “TUHAN, Kau mengetahuinya aku sangat membutuhkan benda itu”. Doa selesai. Wajah lelaki itu tampak memerah. Terlalu malu bibirnya mengucapkan kata amin. Dan peristiwa itu berlalu demikian cepat, hingga lebih mirip dengan seseorang yang berludah ditempat tersembunyi. Tetapi walaupun demikian ia tidak dapat begitu saja melupakan insiden tersebut. Sore hari diucapkan, permintaan itu menggelisahkannya hingga malam menjelang tidur. Akhirnya, lelaki itu –walau dengan bersusah payah- mampu melupakan doa sekaligus odolnya itu.Tepat tengah malam, ia terjaga oleh sebuah keributan besar dikamar selnya.“Saya tidak bersalah Pak !!!”, teriak seorang lelaki gemuk dengan buntalan tas besar dipundak, dipaksa petugas masuk kekamarnya,” Demi TUHAN Pak !!! Saya tidak salah !!! Tolong Pak…Saya jangan dimasukin kesini Paaaaaaaaak..!!!”Sejenak ruangan penjara itu gaduh oleh teriakan ketakutan dari ‘tamu baru’ itu.“Diam !!”, bentak sang petugas,”Semua orang yang masuk keruangan penjara selalu meneriakkan hal yang sama !! Jangan harap kami bisa tertipu !!!!”“Tapi Pak…Sssa..”Brrrraaaaang !!!!Pintu kamar itu pun dikunci dengan kasar. Petugas itu meninggalkan lelaki gemuk dan buntalan besarnya itu yang masih menangis ketakutan.Karena iba, lelaki penghuni penjara itupun menghampiri teman barunya. Menghibur sebisanya dan menenangkan hati lelaki gemuk itu. Akhirnya tangisan mereda, dan karena lelah dan rasa kantuk mereka berdua pun kembali tertidur pulas.Pagi harinya, lelaki penghuni penjara itu terbangun karena kaget. Kali ini karena bunyi tiang besi yang sengaja dibunyikan oleh petugas. Ia terbangun dan menemukan dirinyanya berada sendirian dalam sel penjara. Lho mana Si Gemuk, pikirnya. Apa tadi malam aku bemimpi ? Ah masa iya, mimpi itu begitu nyata ?? Aku yakin ia disini tadi malam.“Dia bilang itu buat kamu !!”, kata petugas sambil menunjuk ke buntalan tas dipojok ruangan. Lelaki itu segera menoleh dan segera menemukan benda yang dimaksudkan oleh petugas. Serta merta ia tahu bahwa dirinya tidak sedang bermimpi.“Sekarang dia dimana Pak ?”, tanyanya heran.“Ooh..dia sudah kami bebaskan, dini hari tadi…biasa salah tangkap !”, jawab petugas itu enteng, ”saking senangnya orang itu bilang tas dan segala isinya itu buat kamu”.Petugas pun ngeloyor pergi.Lelaki itu masih ternganga beberapa saat, lalu segera berlari kepojok ruangan sekedar ingin memeriksa tas yang ditinggalkan Si Gemuk untuknya.Tiba-tiba saja lututnya terasa lemas. Tak sanggup ia berdiri. “Ya..TUHAAANNN !!!!”, laki-laki itu mengerang. Ia tersungkur dipojok ruangan, dengan tangan gemetar dan wajah basah oleh air mata. Lelaki itu bersujud disana, dalam kegelapan sambil menangis tersedu-sedu. Disampingnya tergeletak tas yang tampak terbuka dan beberapa isinya berhamburan keluar. Dan tampaklah lima kotak odol, sebuah sikat gigi baru, dua buah sabun mandi, tiga botol sampo, dan beberapa helai pakaian sehari-hari.~~~Sahabat, Kisah tersebut sungguh-sunguh kisah nyata. Sungguh-sungguh pernah terjadi. Dan aku mendengarnya langsung dari orang yang mengalami hal itu. Semoga semua ini dapat menjadi tambahan bekal ketika kita meneruskan berjalan menempuh kehidupan kita masing-masing. Jadi suatu ketika, saat kita merasa jalan dihadapan kita seolah terputus. Sementara harapan seakan menguap diganti deru ketakutan, kebimbangan dan putus asa.Pada saat seperti itu ada baiknya kita mengingat sungguh-sungguh bahkan Odol pun akan dikirimkan oleh Surga bagi siapapun yang membutuhkannya. Apalagi jika kita meminta sesuatu yang mulia. Sesuatu yang memuliakan harkat manusia dan DIA yang menciptakan kita.Seperti kata seorang bijak dalam sebuah buku :“Seandainya saja engkau mengetahui betapa dirimu dicintai-NYA, hati mu akan berpesta pora setiap saat”.Jazakumullah khoir telah membaca...

ditulis oleh Made Teddy Artiana, S. Kom(fotografer yang hobby menulis)

05 Januari, 2010

FILOSOFI PERANGKAP TIKUS.

Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??" Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak "Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus.... "Ia mendatangi ayam dan berteriak "ada perangkat tikus" Sang Ayam berkata "Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku" Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata "Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan" Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. "Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali" Ia lalu lari ke hutan dan bertemu Ular. Sang ular berkata " Ahhh...Perangkap Tikus yang kecil tidak akan mencelakai aku". Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras perangkap tikusnya berbunyi menandakan telah memakan korban. Ketika melihat perangkap tikusnya, ternyata seekor ular berbisa. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan menyerang istri pemilik rumah. Walaupun sang Suami sempat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri tidak sempat diselamatkan. Sang suami harus membawa istrinya kerumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya (kita semua tahu, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya. Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia. Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi. Dari filosofi ini kita belajar untuk bersikap berempati terhadap sekitar kita, sikap empati adalah sikap dimana kita ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain. Seolah-olah kita sendiri yang merasakan penderitaan itu. Bila kita tidak bisa membantu dengan uang, bisa dengan tenaga, ataupun pemikiran, bahkan dengan kita memberinya semangat akan membuat orang lain merasa termotivasi untuk bisa keluar dari masalahnya. Dan ternyata apabila kita bersikap seperti teman-teman sang tikus, semua terkena imbasnya akibat tidak berempati dengan kesulitan yang dihadapi oleh sang tikus.

MAKA...KALAU SUATU HARI.. KETIKA ANDA MENDENGAR SESEORANG DALAM KESULITAN DAN MENGIRA ITU BUKAN URUSAN ANDA... PIKIRKANLAH SEKALI LAGI DAN BIARKAN ALAM BAWAH SADAR ANDA YANG MENJAWAB!!!