Toyyib adalah seorang mahasiswa di sebuah institut di Jakarta Selatan. Hari itu ia akan menghadapi ujian di kampusnya. Materi yang akan ia hadapi adalah materi yang tiada ia suka. Susah sekali dicerna oleh otaknya. Bahkan semalam pun ia belajar sampai larut, namun hanya sedikit bagian yang bisa dipahami, belum dikuasai apalagi dihapal! Pokoknya hari itu ia pasrah total atas ketentuan Allah Swt.
Meski belajar sampai larut, pukul setengah empat pagi ia bangun kembali dari tidurnya. Materi ujian yang belum ia kuasai rupanya membuat tidurnya terusik. Kesempatan bangun di penghujung malam itu sengaja ia gunakan terlebih dahulu untuk menghadap Allah Swt dalam tahajjud sebelum berkutat dengan diktat yang menjemukan. Alhamdulillah, Toyyib pun mendapatkan ketenangan usai tahajjud.
Pikiran yang jernih usai bangun tidur dan tahajjud ia sempatkan untuk meneliti satu demi satu bagian pelajaran yang belum ia pahami. Namun sayangnya, pelajaran itu masih tetap sulit ia rasakan untuk dicerna. Bahkan hingga waktu Shubuh menjelang pun hanya sedikit yang mampu ia pahami dari pelajaran.
"Ya Allah…, tolong aku!!!" batin Toyyib
Shalat Shubuh ia lakukan berjamaah di masjid Adz Dzikri di lingkungan rumahnya. Udara pagi yang bersih membuat batin Toyyib yang resah menjadi bertambah tenang. Ia bertekad usai shalat Shubuh dia tidak akan tidur lagi. Ia akan berusaha untuk menguasai materi ujian meski sesusah apapun akan ia hadapi. Masih ada beberapa jam ke depan untuk bisa ia gunakan belajar mempersiapkan materi ujian.
Setengah jam ia tatap lembar demi lembar buku diktat, namun tetap saja kebekuan otak belum juga mencair. Amat sulit Toyyib rasakan menguasai disiplin ilmu yang satu ini. Tiba-tiba ia teringat biasanya pukul 5 pagi ada kajian ceramah di berbagai channel radio. Ia nyalakan radio dan ia coba mencari siaran ceramah pagi dari ustadz-ustadz yang mengudara. Rupanya Allah Swt menuntun tangan Toyyib untuk mencari gelombang yang benar. Di sana terdengar suara seorang ustadz yang sedang menjabarkan ilmu agama. Ustadz tersebut tengah menjelaskan perbedaan antara ikhlas dan ridha. Hal ini direkam jelas oleh benak Toyyib yang kebetulan sedang belajar mempersiapkan ujian sambil mendengarkan ceramah itu.
"Yang namanya ikhlas itu di depan…. Kalau sudah kejadian itu bukan ikhlas namanya tapi ridha! Seperti dalam shalat kita gunakan kalimat Lillahi Ta'ala, nah… yang ini ikhlas. Tapi kalau sudah dagang terus hasilnya rugi atau untung maka itu namanya adalah ridha" suara sang ustadz menjelaskan konsepnya di radio.
Toyyib menangkap ide yang disampaikan ustadz penceramah, dan salah satu manfaat ikhlas dalam setiap amal adalah Allah Swt akan mempermudah pelaksanaan amalan tersebut sebagaimana yang dijelaskan dalam ceramah sang ustadz.
Hingga pukul 7, Toyyib masih terus berkutat dengan diktat yang belum juga dapat ia taklukkan. Ia pun bergegas sarapan, mandi dan terus berangkat ke kampus untuk ujian. Pukul 8 lebih sedikit ia sudah pergi meninggalkan rumahnya dengan berkendara motor. Dalam perjalanan ke kampus pun bayangan kegagalan ujian terus menghantui. Dada dag-dig-dug. Pikiran pusing tak terkonsentrasi. Namun ia jalani saja motornya menuju kampus. Teringat akan ceramah yang ia dengar di radio tadi pagi, hatinya tergerak untuk bersedekah kepada seseorang yang membutuhkan. Ternyata pagi itu para pengemis di Jakarta sulit ditemukan sepanjang jalan.
Hingga akhirnya dari kejauhan Toyyib memandang petugas jalanan yang tengah menyapu jalan mengenakan pakaian dengan warna terang. Toyyib berniat bersedekah kepada penyapu jalan itu.
"Assalamu'alaikum...." suara Toyyib menyapa. Ia berikan sebagian hartanya kepada petugas kebersihan jalan itu seraya berharap didoakan semua urusan. Petugas kebersihan itu terheran-heran menerima sedekah. Namun Toyyib tidak mengetahui apakah ia sudah mendapatkan doa dari petugas kebersihan itu atau belum? Toyyib melanjutkan perjalanannya menuju kampus."Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga), Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah." QS. 92 : 5-7
Subhanallah... kedamaian hati usai berbagi kepada sesama memberi nuansa indah tersendiri di hati Toyyib. Ia rasakan hari itu menjadi penuh berkah, dan segala penat kejenuhan yang ia alami seolah tersingkirkan. Padahal, ia masih belum siap menghadapi materi ujian hari itu.
Masih ada setengah jam kira-kira saat ia tiba di kampus sebelum masuk ruang ujian. Memanfaatkan waktu yang ada sekali lagi ia buka diktat untuk menguasai pelajaran, namun hasilnya sama saja!! Tapi Toyyib berusaha tenang. Di luar dugaan ada seorang kawan yang membawa kertas soal ujian dari universitas lain, namun fakultas jurusan dan dosennya adalah sama. Kertas ujian dari universitas tetangga pun dibahas oleh Toyyib dan beberapa temannya. Semua soal yang tertera mereka cari jawabannya. Tapi, apakah bisa kertas soal universitas tetangga itu diandalkan? Hanya kepada Allah Swt Toyyib berserah...
Waktu ujian di mulai. Setiap mahasiswa sudah duduk di bangku mereka. Suasana hening tercipta di dalam ruang. Tidak sedikit terlihat mahasiswa yang berdoa berharap petunjuk Allah Swt agar mudah menyelesaikan ujian. Salah satu dari mereka yang berdoa adalah Toyyib.
Rasa khawatir itu masih tetap ada di hati Toyyib, hingga ia menerima lembar soal ujian dari pengawas, maka seulas senyum lebar pun terbit di wajahnya. Ia heran.... kagum.... terpesona!!! Seolah tak percaya membaca lembaran soal, Toyyib pun membalikkan badan ke arah teman-teman yang tadi berdiskusi sebelum masuk ruang ujian. Semua kawannya mengacungkan jempol tanda kemenangan!
Toyyib tersenyum mendapati bahwa lembaran soal yang ia terima persis sama dengan yang ia pelajari bersama-sama rekannya dari universitas sebelah. "Kok bisa sama ya...?" gumam Toyyib.
Tanpa pikir panjang ia menyelesaikan semua soal. Tidak perlu dahi berkernyit dan memeras otak, semua soal ia lahap dengan hapalan yang masih 'fresh' di kepala. Tidak lama ia mengerjakan soal-soal itu, ia pun meninggalkan ruang ujian tanda usai menuntaskan.
Di luar ruangan, ia bersyukur kepada Allah Swt yang telah membantu, menolong dan menuntunnya untuk mudah menghadapi ujian. Teringat ceramah ustadz di radio tadi pagi yang mengatakan, "Ikhlas itu di depan dan akan mempermudah urusan!" Kini Toyyib sungguh telah merasakannya. Hidup itu seperti ujian, maka bisakah kita ikhlas di depan?!
"Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi?; bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauh Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah." QS 22 : 70