.
Apakah yang harus kita lakukan untuk mengundang campur tangan dari Yang Maha Kuasa ke dalam upaya-upaya kita untuk mencapai kesejahteraan dan kecemerlangan hidup?
.......
Kesejahteraan sedang menunggu kita untuk menjadi pribadi-pribadi yang pantas untuk disejahterakan.
Sebagian orang tidak pernah memikirkan kesejahteraan yang telah menjadi hak kelahirannya. Sebagian lagi tidak melihat perlunya mengupayakan apa pun di atas dari yang bisa diupayakannya dengan santai.
Sebagian lagi tidak mengupayakan yang lebih dari yang sesuai dengan bayaran yang sedang diterimanya. Sebagian lagi menolak untuk berupaya lebih, karena tidak ada jaminan bahwa dia akan mendapatkan lebih.
Tetapi, sebagian yang jumlahnya tidak sedikit itu – merasa berhak untuk mendapatkan perlakuan yang menyejahterakan mereka – seolah-olah tidak ada hubungan antara kualitas hidup dengan kualitas kontribusi mereka kepada kehidupan.
Seandainya mereka mengetahui bahwa kualitas kontribusi mereka kepada kehidupan orang lain adalah penentu kualitas kehidupan mereka.
Sebenarnya, kesejahteraan sedang menunggu kita.
Kesejahteraan sedang menunggu kita untuk menghampirinya dengan kesederhanaan – karena tugasnya lah untuk menghiasi diri kita dengan kesederhanaan yang tidak sederhana dampaknya.
Kesejahteraan sedang menunggu kita untuk datang dengan semua keluhan dan keraguan kita – karena keinginannya lah agar kita jujur dengan kesadaran bahwa kita juga berperan dalam penciptaan kesulitan-kesulitan kita sendiri.
Kesejahteraan sedang menunggu kita untuk menjadi pribadi yang berserah kepada yang benar, agar mudah baginya untuk membahagiakan kita di dalam kesejahteraan.
Maka, apakah yang sedang Anda lakukan untuk tidak memperpanjang penantian kesejahteraan Anda?
.
Waktu.
Bila kita bersaksi untuk sesuatu yang sangat penting, kita mengawali kalimat ketulusan kita dengan: "Demi Allah SWT, …"
Lalu, mengapakah kira-kira Allah SWT menggunakan kata-kata: "Demi masa …"?
Waktu itu penting, karena hidup ini diukur dalam penggalan waktu, dan bahwa nilai kehidupan kita ditentukan oleh nilai yang kita bangun di dalam penggalan-penggalan waktu dalam kehidupan kita.
Tetapi akan ada saja pribadi yang sebetulnya masih membutuhkan banyak pertolongan – tetapi yang menyia-nyiakan waktu. Bila Allah SWT sendiri demikian menghormati waktu, kira-kira sepenting apakah yang dia pikirkan dirinya itu - sehingga dia bisa merasa lebih berkuasa untuk mengabaikan waktu?
Waktu tidak berjalan sama cepatnya bagi setiap orang.
Bagi orang yang menyia-nyiakan waktu – waktu berjalan lambat. Tetapi yang sedikit disadari orang adalah kenyataan bahwa waktu yang berjalan lambat itu adalah waktu yang pendek – yang menghasilkan sedikit.
Bagi Anda yang menghargai waktu – waktu berjalan cepat. Dan, yang harus Anda syukuri adalah keajaiban bahwa waktu yang berjalan cepat itu adalah waktu yang panjang – yang menghasilkan banyak.
Itu sebabnya, dua orang yang memiliki penghormatan yang berbeda terhadap waktu – akan bertemu pada usia yang sama, tetapi saling memandang kepada satu sama lain dari ketinggian yang berbeda.
Bila Allah SWT berkenan, Beliau akan menjadikan kita apa pun yang kita mohonkan dari Beliau.
Sebetulnya apa pun yang kita kerjakan atau yang tidak kita kerjakan – tidak membatasi kewenangan Allah SWT untuk menjadikan kita sebagai apa pun yang kita idamkan.
Tetapi, Allah SWT telah menetapkan bahwa dia yang berupaya bagi kebaikan hidupnya – berhak bagi peningkatan kualitas hidup. Beliau Maha Menepati Janji, karena bahkan orang-orang yang mengupayakan kekayaan dengan cara-cara yang tidak direstui Allah SWT pun – akan diijinkan-Nya berhasil, meskipun hanya untuk masa yang terukur.
Jadi, bukan pekerjaannya saja yang penting, tetapi terutama niatan dan kualitas dari pengerjaannya yang harus mengundang perkenan Allah SWT.
Karena, bila telah Allah SWT berkenan dengan yang Anda kerjakan – Anda bisa-bisa akan jadinya menyayangkan kecilnya permintaan Anda.
Bila niatan dan kualitas dari pengerjaan dari pekerjaan Anda adalah yang berada dalam ruang kecintaan Allah SWT, Anda seyogyanya memohon yang terbesar dari yang bisa Anda mohonkan kepada Beliau. Bayangkan berapa banyak saudara kita yang bisa terbantu dengan besarnya perkenan Allah SWT atas permohonan Anda?
Lalu,
Apakah yang harus kita lakukan untuk mengundang campur tangan dari Beliau Yang Maha Kuasa ke dalam upaya-upaya kita untuk mencapai kesejahteraan dan kecemerlangan hidup?
Berikut adalah tiga langkah utama untuk mengundang campur tangan Allah SWT kedalam upaya-upaya kita untuk mencapai kesejahteraan dan kecemerlangan hidup yang telah lama mengambang di dalam impian tidur dan impian kesadaran kita.
Yang pertama,
Mengkekasihkan diri kepada Allah SWT.
Allah SWT mengasihi semua ciptaan Beliau dengan kasih sayang yang adil.
Ingatlah itu, … kasih sayang yang adil dari Yang Maha Adil; yaitu kasih sayang yang menjadi lebih bila kita menjadi yang lebih; tetapi tidak berkurang saat kita menjadi yang kurang.
Bukankah kasih sayang Beliau untuk mengembalikan orang ke jalan yang benar – tetap setia menemani mereka yang sedang tersesat atau yang sedang menyesatkan diri di jalan-jalan yang gelap?
Sehingga, bila kita berupaya keras untuk melakukan semua hal yang dimintakan-Nya dari kita, dan berupaya lebih keras lagi untuk menghindari yang tidak Beliau restui, dan bila semua itu kita lakukan dengan lebih bersungguh-sungguh dari yang dilakukan oleh kebanyakan orang, apakah mengherankan bila kita menerima perlakuan yang berbeda dari yang kebanyakan?
Bukankah hanya adil – bila dia yang melebihkan - diperlakukan dengan lebih?
Kita yang menjadikan diri kita kecintaan Allah SWT, akan menerima perwujudan dari kasih sayang Beliau – bahkan untuk kebaikan dan kemuliaan yang tidak kita sadari dapat kita mohonkan dari Beliau.
Apakah merayu Allah SWT seperti itu adalah perilaku mencintai yang berpamrih?
Ya. Tetapi itu adalah pamrih yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk kita harapkan hanya dari Beliau. Apakah pamrih seperti itu dapat disamakan dengan pamrih antar manusia?
Bila seandainya Allah SWT tidak memerintahkan kita untuk memohon dan hanya memohon kepada Nya, maka mungkin ada niatan yang tidak mulia dalam perilaku mengkekasihkan diri kepada Allah SWT.
Kita memulai apa pun, berada dalam proses apa pun, dan sampai pada akhir dari apa pun – selalu dengan nama Allah SWT, untuk Allah SWT, dan karena Allah SWT.
Lalu perilaku mencintai apa kah yang bisa dibandingkan dengan keberserahan seperti itu, bila bukan perilaku indah dari Anda yang mengkekasihkan diri kepada Allah SWT?
Yang kedua,
Menugaskan diri untuk mengupayakan kecemerlangan hidup bagi orang lain sebagai cara untuk membangun kecemerlangan hidup kita.
Alasan utama dari kesulitan orang untuk mendapatkan pekerjaan adalah karena mereka tidak mencari pekerjaan, tetapi mencari uang.
Seandainya mereka berhenti mencari uang, dan mulai mencari kesempatan untuk melayani kebuAllah SWT orang lain untuk membangun kehidupan yang lebih baik, mereka akan selalu menemukan pekerjaan.
Bagaimana dengan bayarannya?
Bila Anda kekasih Allah SWT, akan mudah bagi Anda untuk menjawab bahwa: "Sesungguhnya upahku dari Allah SWTku …"
Mengapa?
Bukankah tidak ada kekuatan yang bisa ada dan berdampak bagi perubahan apa pun kecuali dengan ijin Allah SWT?
Bukankah jelas bagi kita sekarang, bahwa bahkan gaji dan pendapatan dari orang-orang yang tidak menghormati Allah SWT pun – berada dalam persetujuan Allah SWT?
Lalu apakah yang membuat Anda bisa merasa bahwa uang yang Anda terima itu terlepas dari pengetahuan dan ijin beliau?
Apakah itu sebabnya Anda marah kepada manusia atas ketidak-puasan Anda atas jumlah pendapatan yang sebetulnya telah ditetapkan oleh Allah SWT?
Bukankah sebaliknya, Anda seharusnya bersimpuh santun dan berbincang penuh kasih dan kejujuran dengan Allah SWT - untuk menerima pengertian mengapa Beliau baru menyetujui jumlah yang belum sesuai bagi kebutuhan Anda?
Pasti ada alasan bagi segala sesuatu.
Pasti ada alasan mengapa kita belum mencapai yang kita inginkan.
Pasti ada nilai yang disyaratkan bagi nilai yang kita mohonkan dari Allah SWT; dan sadarkah Anda bahwa nilai itu adalah kegunaan kita bagi orang lain?
Bukankah ada tempat-tempat yang khusus bagi dia yang mengkhususkan dirinya bagi kebaikan kehidupan orang lain?
Yang ketiga,
Memberanikan diri untuk mengambil sebuah pekerjaan yang lebih besar dari kemampuan diri untuk melaksanakannya.
Karena, ketahuilah bahwa pekerjaan-pekerjaan besar yang berani adalah pengundang keajaiban.
Perhatikanlah bahwa bukan jenis dan ukuran dari pekerjaannya yang mengundang keajaiban, tetapi keberanian untuk menugaskan diri untuk pekerjaan-pekerjaan besar yang menyumbangkan peningkatan kualitas hidup bagi orang banyak.
Keberanian adalah kesungguhan untuk mengalahkan keraguan dan ketakutan untuk melakukan sesuatu – karena rasa tanggung-jawab yang besar untuk mendatangkan kebaikan bagi kehidupan orang banyak.
Bila ukuran dari yang kita tugaskan kepada diri sendiri adalah sesuatu yang kecil, Allah SWT cukup menyerahkan tugas untuk membantu kita kepada orang-orang yang sedikit lebih besar.
Bila tugas yang kita ambil itu cukup besar, kita akan didekatkan dan disahabatkan dengan orang-orang besar yang bisa membantu kita.
Dan bila tugas yang kita ambil itu lebih besar dari kemampuan kita dan kemampuan dari semua orang yang bisa membantu kita – Allah SWT Yang Maha Perkasa akan mengambil alih sebagian besar dari beban kita, dan menjadikan kita lebih besar dari ukuran kemanusiaan kita.
.......
Seyogyanya sekarang – tidak ada lagi keraguan bahwa tidak ada niat Allah SWT kecuali memuliakan kita.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
Priyalinov